Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama pengomposan dan macam dekomposer terhadap kecepatan dekomposisi pelepah kelapa sawit telah dilakukan di Desa Denokan, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan November 2024 hingga Febuari 2025. Rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola faktorial dua faktor adalah metodologi yang digunakan. Faktor pertama adalah macam dekomposer dengan lima macam yaitu EM4 (100 ml), Trichoderma (150 g), Dolomit (40 g), EM4 + Dolomit (50 ml + 20 g) dan Trichoderma + Dolomit (75 g+ 20 g). Faktor kedua adalah lama pengomposan dengan empat aras yaitu 8, 10,12, dan 14 minggu. Kombinasi kedua faktor menghasilkan 20 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga total sampel kompos yang digunakan berjumlah 60. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (Analysis of variance) pada taraf signifikansi 5%. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) 5%. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat kombinasi yang baik antara lama pengomposan dan macam dekomposer terhadap proses dekomposisi pelepah kelapa sawit. Macam dekomposer EM4 + Dolomit dan Trichoderma + Dolomit memberikan pengaruh terhadap penyusutan berat kompos dan Trichoderma + Dolomit menghasilkan pengaruh lebih terhadap keremahan kompos, sedangkan dolomit menghasilkan pengaruh terendah. Lama pengomposan dengan waktu 12 dan 14 minggu memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia kompos. Sesuai hasil analisis C/N kompos pelepah kelapa sawit pada perlakuan macam dekomposer dan lama pengomposan sebagian sudah memenuhi standart mutu pupuk organik menurut peraturan Departemen Pertanian No.261/Permetan/ SR.310/M/4/2019, yaitu ≤20, penggunaan EM4 + Dolomit dengan lama pengomposan 8 - 10 minggu sudah lebih cepat matang meskipun masih pada tahap setengah matang (C/N>20<30) dan pada minggu ke-12 sampai 14 sudah terdekomposisi sempurna atau sudah matang dengan C/N kurang dari 20.