Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman industri strategis di Indonesia, namun produktivitasnya masih rendah karena gangguan gulma yang bersaing dalam mendapatkan cahaya, air, dan unsur hara. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi komposisi gulma adalah intensitas penyinaran matahari. Perbedaan intensitas cahaya berpotensi membentuk komunitas gulma yang berbeda, sehingga penting dikaji sebagai dasar pengendalian gulma yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi gulma pada kebun tebu umur 3 bulan dengan intensitas penyinaran 800 fc, kebun tebu umur 6 bulan dengan intensitas penyinaran 300 fc, serta keragaman komunitas gulma yang terbentuk akibat perbedaan intensitas penyinaran. Penelitian dilakukan di kebun warga, Kembaran, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Pada Tanggal 10 Juli 2025. Metode penelitian menggunakan metode garis transek sepanjang 25 m dan pengamatan parameter vegetasi gulma, meliputi kerapatan, frekuensi, dominasi, serta nilai Summed Dominance Ratio (SDR) dan koefisien komunitas gulma (C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komposisi gulma pada kebun tebu umur 3 bulan dengan intensitas penyinaran 800 fc didominasi oleh gulma semusim tipe daun lebar, seperti Amaranthus spinosus L. dan Mollugo oppositifolia, serta gulma tahunan seperti Cyperus rotundus dan Cynodon dactylon. Gulma Cyperus rotundus memiliki nilai SDR tertinggi (22,96%). Komposisi gulma pada kebun tebu umur 6 bulan dengan intensitas penyinaran 300 fc didominasi oleh gulma tahunan yang lebih toleran terhadap naungan, terutama Cyperus rotundus dengan nilai SDR tertinggi (36,95%). Keragaman komunitas gulma pada intensitas penyinaran yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata. Nilai koefisien komunitas gulma (C) sebesar 59,78% (<75%) menunjukkan bahwa komposisi gulma pada lahan tebu umur 3 bulan terbuka (800 fc) dan ternaungi (300 fc) tidak seragam.