Proses erosi selalu berlangsung di berbagai area lahan yang ada di bumi, di mana pada satu tempat terjadi pengikisan tanah, sementara di tempat lain terjadi pengendapan material, sehingga bentuk lahan terus mengalami perubahan.
Fenomena ini berlangsung secara alami dan sangat lambat, sehingga dampaknya baru dapat terlihat setelah beberapa tahun yang akan datang. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, yang berlangsung selama 1 bulan. Kelurahan Nglanggeran memiliki luas wilayah 797,19 Hektar, dan berada dibawah wilayah administrasi Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul. Perbukitan Kapur atau Batu Gamping yang menarik dan indah mendominasi bentang alam di Kelurahan Nglanggeran. Wilayah Kelurahan ini memiliki ketinggian 200 hingga 800 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 20–35%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat
Bahaya Erosi serta laju erosi atau besar erosi yang terjadi pada wilayah lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial, dengan mencari hasil erosi aktual atau nilai A menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss
Equation). Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa, wilayah kelurahan Nglanggeran didominasi oleh tanah Latosol Merah dengan skor K (erodibilitas tanah) sebesar 0,075, dengan Indeks Erosivitas Hujan (R) sebesar 1.187,74 dengan
intensitas hujan mencapai 1.500 mm pertahun. Berdasarkan hasil analisis data kemiringan lereng (LS), lokasi penelitian memiliki variasi topografi dengan kemiringan lereng yang cukup beragam. Kemiringan lereng >40% tercatat seluas 126,51 Ha dengan skor LS tertinggi yaitu sebesar 9,5, menunjukkan resiko kerusakan tanah yang lebih tinggi karena meningkatnya potensi erosi yang disebabkan oleh laju aliran air permukaan yang lebih tinggi. Di area ini terdapat
penggunaan lahan dengan skor C tertinggi seluas 53,64 Ha dengan skor C sebesar 0,95 yaitu lahan pemukiman. Hal ini menunjukan bahwa lahan pemukiman memiliki tingkat efektifitas konservasi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengolahan lahan lainnya, sehingga lebih rentan terhadap erosi jika tidak mendapatkan pengelolaan yang baik. Berdasarkan data konservasi lahan di Kelurahan Nglanggeran, berbagai teknik konservasi telah diterapkan dengan tingkat efektivitas yang berbeda dalam mengurangi resiko erosi. Skor P tertinggi yaitu 1 yang menunjukkan tingkat kerentanan erosi yang sangat tinggi terdapat pada
lahan yang belum dilakukan tindakan konservasi, yaitu seluas 83,71 Ha. Hasil analisis menggunakan Metode USLE menunjukan bahwa Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang mendominasi di Kelurahan Nglanggeran, berada pada tingkat bahaya erosi sedang (Kelas III) dengan luas 384,00 Ha atau 48% dari luas total wilayah, dengan besar laju erosi pada berbagai penggunaan lahan memiliki rata-rata nilai A sebesar 557,08 ton/ha/tahun.