Ngura, Verariana (2025) EFEKTIFITAS EKSTRAK SERESAH DAUN BAMBU APUS (GIGANTOCHLOA APUS) SEBAGAI BIOHERBISIDA TERHADAP KEMATIAN GULMA DI ARBORETUM FAKULTAS KEHUTANAN INSTIPER YOGYAKARTA. Skripsi thesis, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
BAB 1_22475.pdf
Download (392kB)
SKRIPSI FULLTEXT_22475.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (2MB)
COVER -ABSTRAK_22475.pdf
Download (797kB)
PENGESAHAN_22475.pdf
Download (68kB)
BAB 2_22475.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (403kB)
BAB 3_22475.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (615kB)
BAB 4_22475.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (831kB)
BAB 5_22575.pdf
Download (272kB)
Formulir Telaah dan Persetujuan Publikasi Artikel-22475.pdf
Download (68kB)
Turnitin-22475.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (1MB)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN_22475.pdf
Download (2MB)
TURNITIN JURNAL-22475.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (822kB)
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT-22475.pdf
Download (53kB)
Abstract
Bambu apus (Gigantochloa apus) berpotensi dimanfaatkan sebagai bioherbisida alami. Gulma merupakan salah satu faktor utama yang menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian karena bersaing dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya, serta dapat menjadi inang bagi hama atau penyakit. Selain itu, beberapa gulma menghasilkan senyawa beracun atau alelopati yang merugikan tanaman budidaya. Selama ini, pengendalian gulma umumnya mengandalkan herbisida kimia, namun penggunaannya yang berlebihan berisiko menurunkan kualitas tanah dan mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur interval waktu kematian gulma, persentase mortalitas gulma, serta penurunan kerapatan gulma setelah aplikasi bioherbisida. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan variasi konsentrasi bioherbisida (100 ml, 1 liter, dan 1,5 liter), masing-masing perlakuan diulang tiga kali dengan interval penyemprotan setiap 3 hari dan setiap 6 hari. Ukuran petak uji adalah 1 × 1 m. Data dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (LSD). Parameter yang diamati meliputi jenis dan jumlah gulma sebelum aplikasi bioherbisida, penurunan kerapatan gulma, serta waktu kematian gulma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bambu apus mampu menurunkan kerapatan gulma rata-rata sebesar 51,68%. Penurunan tertinggi terjadi pada Asystasia gangetica (65,34%), diikuti Cynodon dactylon (54,86%), Synedrella nodiflora (45,92%), dan Rivina humilis (40,64%). Mekanisme kerja bioherbisida ini terutama bersifat alelopati, yakni menghambat pertumbuhan gulma daripada menyebabkan kematian total. Dengan demikian, ekstrak daun bambu apus berpotensi menjadi bioherbisida ramah lingkungan untuk pengendalian gulma.
| Item Type: | Thesis (Skripsi) |
|---|---|
| Additional Information: | 22475; publikasi di agroforetech |
| Uncontrolled Keywords: | Seresah Daun Bambu Apus (Gigantochloa apus), Penurunan Kerapatan Gulma, Interval Penyemprotan. |
| Subjects: | Fakultas Kehutanan > Program Studi Kehutanan |
| Divisions: | INSTIPER > Fakultas Kehutanan > Program Studi Kehutanan |
| Depositing User: | Verariana Ngura |
| Date Deposited: | 01 Oct 2025 03:43 |
| Last Modified: | 01 Oct 2025 03:43 |
| URI: | https://eprints.instiperjogja.ac.id/id/eprint/3962 |
