Kelapa sawit telah berkembang dari luas 300 ribu ha di tahun 1980 menjadi saat ini 16.1 juta ha (menurut data GAPKI) dengan produksi CPO sebesar 40 juta ton. Perkebunan rakyat terus meningkat dan saat ini telah menjadi 52 persen dari seluruh luas kebun, dalam industri pengolahan CPO saat ini masih didominasi industri skala besar yang menggunakan air sungai sebagai bahan baku utama untuk menghasilkan uap air panas 1,4-1,6 m3 per ton sawit dengan kapasitas minimal 30 ton sawit perjam dan dibutuhkan lahan seluas 15 ha rata-rata penggunaan air sebesar 46 m³ per jam yang menghasilkan limbah cair sebanyak 60 persen yang berpotensi menghasilkan efek gas rumah kaca sebesar 35.16 kg CO2 eq/ton TBS. Dengan rancangan desain proses pengolahan TBS tanpa air dapat meniadakan potensi gas rumah kaca dikarenakan proses pengolahan menggunakan udara panas tidak memerlukan air untuk proses pemanasan dan dapat dirancang dengan kapasitas 1-5 ton per jam, udara panas dihasilkan dari proses elemen pemanas listrik atau gasifikasi biomassa yang menghasilkan panas guna mendukung proses pengolahan maka tidak diperlukan ketel uap, tangki sparasi minyak, pengolahan sludge minyak dan pengolahan air baku yang selama ini mejadi sumber klorin sehingga dapat memaksimalkan hasil dan dapat menurunkan biaya investasi kepemilikan pabrik kelapa sawit serta dapat meningkatkan penghasilan industri kecil (petani)