Hutan monokultur yang ditanam oleh masyarakat untuk keperluan komersial tidak terlepas dari gangguan, baik yang berasal dari faktor abiotik maupun biotik. Pohon yang biasanya ditanam oleh masyarakat untuk tujuan komersial adalah jenis pohon kayu yang tumbuh cepat (fast growing species). Monitoring kesehatan pada saat ini masih jarang dilakukan oleh masyarakat yang mengelola atau budidaya hutan monokultur. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis gangguan tegakan, menganalisis kondisi kesehatan dan mengetahui keseragaman distribusi pertumbuhan dari jati (Tectona grandis Lf.) dan tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L.) di Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan di bulan Januari-Februari 2024. Plot pengamatan menggunakan IS 100% atau dilakukan secara sensus dan berbentuk jalur. Hasil dari penelitian yang dilakukan terdapat 255 pohon jati dengan rata-rata diameter 16,05 cm serta tinggi pada pohon dengan rata-rata 16,55 m. sedangkan untuk pohon sengon yang sebanyak 253 pohon memiliki diameter rata-rata 15,40 cm dan tinggi 14,76 m. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa Jenis gangguan tegakan Jati didominasi dengan kerusakan biofisik, seperti luka terbuka, tertekan, rayap, jamur. Sedangkan pada tegakan sengon tipe kerusakan pohon didominasi oleh kerusakan biofisik, seperti luka terbuka, penggerek batang (Xystrocera festiva) yang berjumlah 2 pohon serta yang terserang karat puru ( Uromycladium falcatarium) berjumlah 4 pohon, dan terdapat pohon mati dan tumbang. Persentase pada tegakan jati untuk pohon yang sehat 92%, pohon yang mati 4%, dan pohon yang tidak sehat 4%, dengan frekuensi serangan 8,23%. Sementara pada tegakan sengon pohon yang sehat ialah 68%, pohon yang mati 5%, dan pohon yang tidak sehat 27%, dengan tingkat frekuensi serangan 24,92%. Serta pertumbuhan pohon jati di Desa Widodomartani lebih homogen.