Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Petani kelapa sawit terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu petani swadaya yang mengelola usaha tani secara mandiri dan petani plasma yang bermitra dengan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pendapatan antara petani swadaya dan petani plasma di Desa Laburan, Kecamatan Paser Belengkong, Kabupaten Paser.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif dan uji statistik non-parametrik. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara terhadap 50 petani swadaya dan 50 petani plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata luas kepemilikan lahan petani swadaya lebih besar dibandingkan petani plasma, yaitu 2,66 ha dibanding 2 ha. Produktivitas petani swadaya juga lebih tinggi, dengan rata-rata 22,43 ton/ha/tahun dibandingkan petani plasma yang hanya 18,85 ton/ha/tahun. Namun, petani plasma memiliki biaya produksi per hektar yang lebih tinggi (Rp13.307.818) dibandingkan petani swadaya (Rp11.662.827). Dari sisi keuntungan total, petani swadaya memperoleh rata-rata Rp68.086.320/tahun, lebih tinggi dibandingkan petani plasma yang memperoleh Rp56.379.813/tahun.
Meskipun terdapat perbedaan nilai pendapatan dan keuntungan, hasil Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik (nilai Sig. 0,461). Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sistem usaha tani memiliki efisiensi yang relatif seimbang dalam konteks ekonomi. Nilai R/C rasio untuk petani swadaya adalah 3,19 dan petani plasma 3,12, sedangkan nilai B/C rasio masing-masing adalah 2,19 dan 2,12, yang menunjukkan bahwa kedua usaha tani menguntungkan dan layak untuk dijalankan.